Rabu, 02 September 2009

Pendirian Budi Utomo oleh pelajar STOVIA



Pendirian Budi Utomo oleh pelajar STOVIA telah menunjukkan adanya usaha dan cita-cita untuk mempersatukan bangsa Indonesia yang berdasarkan atas kesadaran Nasional Indonesia. Organisasi itu berdasarkan pola berpikir Indonesia sentris (Nasionalis). Munculnya Budi Utomo pertama kali merupakan pertanda Kebangkitan Nasional Indonesia.

Ketika di Insulinde (Indonesia) cita-cita pemuda untuk menggalang persatuan Nasional belum dapat tumbuh dengan subur, sebaliknya mahasiswa bumiputra yang sekolah di Negeri Belanda, yang berasal dari berbagai daerah yang terdiri dari berbagai suku, telah mendirikan organisasi sosial budaya dengan nama “Indische Vereeniging”. Organisasi tersebut berdiri setelah 6 bulan berdirinya Budi Utomo. Tujuan organisasi ini semula hanya sebagai perkumpulan ramah tamah (gezelligheide vereeniging). Tetapi oleh karena disitu sering berkumpul para mahasiswa yang berasal dari berbagai suku, lama kelamaan rasab kesukuan mereka semakin menipis dan berubah menjadi rasa persatuan kebangsaan Indonesia. Suburnya rasa kesadaran tersebut merupakan dasar sebagai rasa kesadaran politik. Sehingga lambat laun Indische Vereeniging berubah menjadi organisasi politik.
Akibat dari pendidikan sistem barat tersebut dimulailah “jaman kemajuan”, karena dalam lapisan masyarakat bumiputra telah muncul golongan pelajar yang sadar akan harga diri sebagai bangsa, yang menimbulkan kehendak untuk mengangkat mertabat bangsanya. Kemudian nama Indische Vereeniging diganti dengan nama Indonesische Vereeniging.
Pedoman perjuangan organisasi adalah untuk memperjuangkan suatu pemerinyahan Indonesia yang bertanggung jawab hanya kepada rakyat Indonesia dan memperkokoh persatuan Indonesia. Tujan politiknya makin jelas setelah pada tahun 1923, majalah yang semula bernama “Hindia Putra” diganti dengan nama “Indonesia Merdeka”. Bahkan tujuanpolitik mahasiswa ini makin tegas ketika nama Indonesische Vereeniging diganti menjadi nama “Perhimpunan Indonesia” (1924), dengan tutjuan yang tegas yaitu: Indonesia Merdeka, Persatuan Indonesia, Demokrasi dan non kooperasi.
Dari uraian di atas, jelaslah bahwa perhimpunan Indonesia adalah pergerakan pemuda yang pertama kali memakai kata Indonesia sebagai istilah politik. Dalam arti politik istilah Indonesia mengandung tuntutan kemerdekaan (Indonesia).
Bukan hanya itu, pada tahun 1908 di jakarta (Batavia) juga berdiri organisasi kedaerahan Jawa ‘Mardi Utomo’ oleh R.T. Tirtokusuma, yang kemudian diikuti oleh munculnya organisasi golongan pedagang islam di Jakarta dengan nama ‘Sarekat Dagang Islam’ di Surakarta yang didirikan oleh Mas Haji Samanhudi pada tahun 1911. Sarekat Dagang ini kemudian berkembang menjadi ‘Sarekat Islam’ yang dipelopori oleh H.O.S Tjokroaminoto (1912). Pada tahun yang sama juga berdiri organisasi Muhammadiyah yang didirikan oleh K.H Achmad Dahlan di Jogjakarta.
Organisasi lain yang mempunyai pandanan ke-Indonesiaan dan merupakan organisasi politik yang pertama kali berdiri adalah ‘Indische Partij’. Organisasi ini berdiri pada tahun 1912 di Bandung, yang kemudian terkenal dengan tiga serangkai-nya, yaitu: E.F.E. Douwes Dekker, dr. Tjipto Mangunkusumo, dan Ki Hadjar Dewantoro. Organisasi ini bertujuan untuk memperjuangkan “Hindia Merdeka”. Dan atas usaha pelajar yang lulusan dari STOVIA, pada tahun 1915 berdiri organisasi sosial-budaya “Tri Koro Dharmo” yang dipimpin oleh dr. Satiman Wordjosandjojo. Tujuannya adalah untuk mencari pertalian dan persaudaraan dengan pulau lain untuk memperkokoh persatuan Nasional. Sehingga untuk memperluas cakrawala kemudian organisasi ini berubah nama menjadi ‘Jong Java’ pada tahun 1918. etapi cita-cita itu tidak dapat berkembang, karena masih tetap menggunakan kebudayaan Jawa Raya (Jawa Sentris). Sebab tujuan organisasi tersebut ialah mencapai Jawa Raya dengan jalan memperkokoh rasa persatuan dan kesatuan antara pemuda Jawa, Sunda, Madura, dan Bali serta Lombok, dengan semboyan :”Sakti-Budi-Bakti”.
Sementara kaum wanita, yang sejak R.A Kartini secara perseorangan telah berjuang memperbaiki nasib kaumnya, makin lama makin bergerak dalam bidang organisasi wanita. Adapun organisasi wanita yang pertama kali muncul adalah “Putri Mardiko”. Kemudian banyak lagi bermunculan organisasi-organisasi semacam itu yang bertujuan untuk memperbaiki kedudukan sosial kaum perempuan dengan jalan memajukan pengajaran bagi perempuan. Misalnya, Wanita Utomo, Wanita Katoloik (Yogya,1920), Putri Sejati (Surabaya), Wanudyo Utomo (SI), Aisiyah (Muhammadiyah), Iana Tuni (Sarekat Ambon), dan lainnya.
Pada umumnya organisasi wanita tersebut bersifat kedaerahan, kesukuan dan golongan. Hal yang seperti ini nampak pula dalam organisasi kaum pria, seperti : Jong Java, Sumatera Bond (1917), Jong Minahasa (1918), Jong Selebes (1920), Jong Ambon (1920), Sekar Rukun (1920), Pakempalan Politik Jawi (1925), Perserikatan Madura (1920), dan lain-lain. Namun organisasi-organisasi tersebut memiliki kesamaan dalam pendapat, yaitu bahwa kemajuan masyarakat Bumiputra hanya dapat dicapai dengan pendidikan sistem Barat.
Setelah pulang dari Belanda, Dr. Soetomo mendirikan ‘Indonesische’ pada tahun 1924 di Surabaya. Aktivitas organisasi ini adalah propaganda Nasionalisme Indonesia. Dengan tujuan untuk menggalang persatuan dan kesatuan, maka pada tanggal 11 Juli 1925, Dr.Soetomo mengadakan ‘Hari Nusantara’ (Inter-Insulaire-Dag) di Surabaya, yang merupakan pertemuan besar-besaran antara wakil-wakil dari suku-suku di Indonesia. Hasrat untuk bersatu di kalangan pemuda kemudian dinyatakan dengan adanya Kongres Pemuda I di Jakarta (Tanggal 30 April-2 Mei 1926). Dalam kongres tersebut muncullah cita-cita untuk mencapai Negara Kesatuan Indonesia yang merdeka. Muncul pula cita-cita untuk menggalang potensi kaum muda dalam satu wadah organisasi. Sebagai realisasi dari Kongres Pemuda I ini, maka muncullah organisasi pemuda “Jong Indonesia” (1927). Azas dan tujuannya : menenemkan dan mewujudkan persatuan dan kesatuan Indonesia dengan dasar kebangsaan menuju ke arah Indonesia Raya. Jiwa gerakan demikian telah mengisi dan menguasai jiwa muda di Indonesia. Proses jiwa demikian ini meletus pada tgl 17 Agustus1945. Jiwa yang demikian ini di waktu pemerintahan Jepang pun berapi-api. Jepang hendak mengalirkan ini untuk menahan kemajuan sekutu tetapi usaha ini gagal. Karena jiwa yang demikian bukanlah bikinan sementara: jiwa yang demikian adalah tempaan alam, tuntutan sejarah yang tidak dapat dirubah atau ditahan oleh siapa saja. Maka letusan itupun pada tgl 17 Agustus adalah syarat evolusi sejarah yang mesti terjadi. Begitulah Angkatan Muda dengan rakyat seluruhnya bangun serentak melahirkan Kemerdekaan Indonesia ini, kelahiran revolusi menantang kapitalisme, imperialisme dan menggantinya secepat-cepatnya dengan susunan gotong royong. Maka Kemerdakaan Indonesia adalah pembukaan bagi rakyat jelata. Kemerdekaan Indonesia belum berarti kemakmuran tetapi langkah pertama kepada perjuangan mencapai kemakmuran bagi tiap-tiap warga negara Indonesia. Pemuda-pemuda Indonesia telah membuat kemerdekaan itu. Maka untuk melanjutkan perjuangan mencapai cita-cita rakyak proletar yaitu menghapuskan penindasan materi dan jiwa, Angkatan-angkatan Muda mempersatukan dirinya dalam Pesindo, Pemuda Sosialis Indonesia. Nama itu sendiri telah mengandung isinya yaitu pemuda yang akan menciptakan gotong royongisme dalam politik, ekonomi dan sosial. Isi ini telah menjadi dasar negara Republik Indonesia. Isi ini pulalah yang diperjuangkan oleh Pesindo dalam perjuangan mana Pesindo memakai jalan yang secepat-cepatnya.
Perjuangan Memperoleh dan Menegakkan Kemerdekaan Indonesia
Perjuangan bangsa Indonesia akhirnya mencapai puncaknya dalam bentuk Proklamasi Kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945, tetapi sebelumnya perhatikan uraian berikut ini, apa yang dilakukan Jepang terhadap bangsa Indonesia, atau sebaliknya bagaimana reaksi dari bangsa Indonesia.
Pada saat-saat menjelang kekalahan Jepang terhadap Sekutu, Jepang berusaha berjanji akan memberikan kemerdekaan kepada bangsa Indonesia. Untuk menarik simpatik rakyat Jepang membiarkan orang Indonesia mengibarkan bendera Merah Putih tetapi harus didampingi bendera Jepang.
Selanjutnya dibentuklah pada tanggal 29 April 1945 BPUPKI dan dilantik tanggal 28 Mei 1945. Pada tanggal 29 Mei 1945 sampai 1 Juni 1945 diadakan sidang guna membahas tentang Dasar Negara RI.

Dalam sidang itu ada 3 usulan mengenai dasar negara, yaitu usulan yang dikemukakan oleh Mr. Muh. Yamin, Mr. Soepomo dan Ir. Soekarno. Pada tanggal 1 Juni 1945, 5 (lima) dasar negara oleh Ir. Soekarno diberi nama Pancasila.
Sidang II BPUPKI berlangsung pada tanggal 10 sampai 16 Juli 1945. Hasil terpenting dalam sidang ini adalah diterimanya secara bulat Rancangan Undang-Undang Dasar.
Selesai melaksanakan tugasnya BPUPKI melaporkan hasilnya kepada pemerintah Jepang disertai dengan dibentuknya Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia yang disingkat PPKI pada tanggal 7 Agustus 1945, dan ketuanya Ir. Soekarno serta wakil Drs. Moh. Hatta. Tanggal 14 Agustus 1945, Jepang menyerah kepada Sekutu. Para pejuang kemerdekaan Indonesia segera berinisiatif mewujudkan kemerdekaan. Indonesia segera berinisiatif mewujudkan kemerdekaan. Namun terjadi perbedaan pendapat antara Sukarno, Hatta dan beberapa rekannya di satu pihak, dengan para pemuda seperti: Chaerul Saleh, Adam Malik, B.M. Diah, Wikana, dan rekannya di pihak lain.
Para pemuda menghendaki perebutan kekuasaan dari Jepang secepatnya, namun Sukarno dan kawan-kawan tidak menghendaki jatuhnya banyak korban. Para pemuda kemudian menculik Sukarno dan Hatta pada dini hari 16 Agustus 1945 ke Rengasdengklok untuk memaksa Sukarno dan Hatta memproklamirkan kemerdekaan. Atas usaha Ahmad Subarjo, selepas maghrib 16 Agustus 1945, Sukarno dan Hatta berhasil dibawa kembali ke Jakarta.
Malam harinya, diadakan rapat Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang dihadiri wakil pemuda. Menjelang dini hari 17 Agustus 1945, teks proklamasi selesai dibuat dan ditandatangani Sukarno dan Hatta, mewakili bangsa Indonesia. Dengan didampingi Mohammad Hatta, pada pukul 10.00 WIB, 17 Agustus 1945, dibacakanlah teks proklamasi, yang menandai kemerdekaan Republik Indonesia.


Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Pada tanggal 16 Agustus 1945 dirumuskan teks proklamasi di rumah Laksamana Muda Tadasyi Maeda oleh Ir. Soekarno, Drs. Mohammad Hatta, dan Ahmad Subardjo. Perumusan ini disaksikan oleh wakil dari golongan muda, yaitu B.M. Diah, serta Chaerul Saleh dan dari golongan tua, yaitu Dr. Buntaran, Samaun, dan Bakri.

Naskah Proklamasi itu berhasil disusun dan disetujui. Teks aslinya ditulis memakai pensil, kemudian diketik oleh Sajuti Melik. Naskah tersebut ditanda tangani oleh Ir. Soekarno dan Drs. Mohammad Hatta atas nama bangsa Indonesia.

Pada tanggal 17 Agustus 1945 hari Jum’at (Legi) pukul 10.00 atau bulan Ramadhan bertempat di Jalan Pegangsaan Timur 56 Jakarta, Ir. Soekarno memproklamasikan Kemerdekaan Indonesia.

Berbahagialah bangsa Indonesia karena lahir negara Republik Indonesia Merdeka. Setelah proklamasi dibacakan Sang Merah Putih dikibarkan dengan diiringi lagu Kebangsaan Indonesia Raya.
Semua rakyat bersuka cita, ada yang menangis, bersujud bersyukur dan bergembira atas lahirnya negara Indonesia yang merdeka.
Keesokan harinya tanggal 18 Agustus 1945 PPKI mengadakan sidang, yang menghasilkan keputusan penting yaitu:
1. Mengesahkan dan menetapkan Undang-Undang Dasar Negara RI (sekarang UUD 1945).
2. Memilih Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta masing-masing sebagai Presiden dan Wakil Presiden RI.
3. Membentuk sebuah Komite Nasional untuk membantu Presiden selama Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) belum tersusun.
Sejak bangsa Indonesia merdeka hingga kini, bukan berarti perjuangan sudah selesai. Kita harus sadar bahwa untuk mempertahankan dan menegakkan kemerdekaan serta membangun bangsa sesuai dengan tujuan kemerdekaan itu, kita harus kerja keras guna berhadapan dengan tantangan yang berat baik yang bersumber dari luar maupun dari dalam negeri.
Marilah kita semua sadar dan renungkan betapa besar pengorbanan para pejuang bangsa terdahulu. Setelah Indonesia merdeka, belum menikmati hasil kemerdekaan, bangsa Indonesia harus berhadapan dengan Sekutu serta Belanda musuh dari luar, contoh pertempuran tanggal 10 November 1945. Pertempuran di Surabaya yang membawa korban beribu-ribu pejuang rakyat Surabaya, serta Aksi Militer Belanda tahun 1947 dan diikuti Aksi Militer Belanda II tahun 1948.








Ali, R. Moh. 1963. Perdjuangan Feodal Indonesia. Djakarta: Ganaco
Anwar, Khaidir. 1990. Indonesian-The Development and Use of A National Language. Yogya: Gadjah Mada Un. Press
Asa, Syu’bah. 2000. Dalam Cahaya Al-Qur’an Tafsir Ayat-ayat Sosial Politik. Jakarta: Gramedia
Barraclogh, Geoffrey. 1986. An Introduction to Contemporary History. Middlesex: Pinguin Books
Buckhardt, Jacob. 1975. The Civilization of the Renaissance in Italy. New York: Harper and Row, II
Dari Gontor ke Pulau Buru Memoar H. Achmadi Moestahal. 2002. Yogya: Syarikat
Effendi, Tadjuddin Noer. 2002. “Soekarno dan Sjahrir Beda Tapi Satu Visi”. Gatra 9 Juni
Gawronski, Donald V. 1971. History: Meaning and Method. Glenview: Scott, Foresman and Company
Gonggong, Anhar. 1992. Abdul Qahhar Mudzakkar dari Patriot hingga Pemberontak. Jakarta: Grasindo
Hamdani, Dani. 2001. “Paus Paulus II Seruan Damai dari Omayyad.” Gatra. 19 Mei
Hamka. 1983. Tafsir Al-Azhar. Jakarta: Pustaka Panjimas, Juz V
Hanna, W. A. “Colonialism and Its Aftermath in the Nutmeg Islands.” a.b. Kustiniyati Mochtar. 1983. Kepulauan Banda. Jakarta: Gramedia & YOI
Husaini, Adian. 2002. Penyesatan Opini. Jakarta: Gema Insani Press
Ingelson ,John. “Road to Exile”. a.b. Zamasykhari Dhofier. 1988. Jalan ke Pengasingan. Jakarta: LP3ES
“Iqra”. 2000. Tempo. 11 Juni
Ismail, Taufiq. 2000. “Stalin (Mestinya) memarahi PKI”. Gatra. 13 Mei
Khalifa, Rashad, dan Ahmed Deedat. 1984. “Al-Qur’an and the Ultimate Miracle”. a. b. Achmad Rais. Penemuan Ilmiah tentang Kandungan Al-Qur’an. Surabaya: Bina Ilmu
Kuntowijoyo. 2002 “Agenda Umat Islam”. Jimly Asshiddigie Ed.. Bang ‘Imad Pemikiran dan Gerakan Dakwahnya. Jakarta: GIP
-----. 1994. Demokrasi dan Budaya Birokrasi. Yogya: Bentang
-----. 1999. Identitas Politik Umat Islam, Bandung: Mizan
Liddle, R. William. 1992. Partisipasi dan Partai Politik. Jakarta: Grafiti
Moertono, Soemarsaid. 1981. “State and Statecraft in Old Java”. a.b. YOI 1985. Negara dan Usaha Bina Negara di Jawa Masa Lampau. Jakarta: YOI
Mohamad, Gunawan. 1983. “Bung Karno.” Tempo. 12 Oktober
Noer, Deliar. 1990. Mohammad Hatta Biografi Politik. Jakarta: LP3ES
Permata, Ahmad Norma. 2000. “Pendahuluan Editor”. dalam Metodologi Studi Agama. Yogya: Pustaka Pelajar
Poeradisastra, S. I. “Kata Pengantar”. dalam Ramadhan K. H. 1981. Kuantar ke Gerbang. Jakarta: Sinar Harapan
Rakhmat, Jalaluddin. 1998. Islam Aktual. Bandung: Mizan
Romein, Jan. “In de ban van Prambanan”. a.b. Hazil Tanzil. 1989. Dalam Pesona Prambanan. Jakarta: Grafiti
Saadawi, Nawal El. “The Hidden Face of Eve”. a.b. Zulhilmiyasri. 2001. Perempuan dalam Budaya Patriarki. Yogya: Pustaka Pelajar
Soekiman, Djoko. 1999. “Kebudayaan Indies dan Gaya Hidup Masyarakat Pendukungnya di Jawa (Abad XVIII sampai Media Abad XiX)”. Pidato Pengukuhan Guru Besar yang Disampaikan di depan Senat Terbuka UGM
Smith, Huston. “The Religions of Man”. a.b. Saafroedin Bahar. 1999. Agama-Agama Manusia. Jakarta: YOI
Smith, Margareth. “Rabi’a the Mystic and Her Fellow”. a.b. Jamila Baraja. 1999. Rabi‘ah Pergulatan Spiritual Perempuan. Surabaya: Risalah Gusti
Sukarno. 1965. Dibawah Bendera Revolusi. Jilid I. Djakarta: Pan. Penerbit
-----. 1965. Tauhid Adalah Djiwaku. Djakarta: Tjendekia
Suryanegara, Ahmad Mansur. 1996. Menemukan Sejarah Wacana Pergerakan Islam di Indonesia. Bandung: Mizan
Tanjung, Lian. 2001. “Bung Karno Dipanggang Atas Apimu”. Gatra 9 Juni
Utami, Ayu. 2002. “Tuhan Yang Tak Pernah Utuh.” Makalah disajikan dalam diskusi di Perpustakaan Kolese Ignatius. 19-20 April
Velde, J.J. van de. 1987. “Brieven uit Sumatera”. a.b. Pustaka Azet. Surat-Surat dari Sumatera. Jakarta: Pustaka Azet
Wuryanto. et. al. 2002. Biografi Prof. Drs. H. Wuryanto. Semarang: Unnes
Yallop, David. “In God’s Name: An Investigation Into The Murder of Pope John Paul I” a.b. Bambang Hartono. 1988. Demi Allah Kabut di Balik Misteri Meninggalnya Paus Yohanes Paulus 1. Jakarta: Mega Media Abadi

0 komentar:

At a Glance

Check Page Rank of any web site pages instantly:
  
This free page rank checking tool is powered by Page Rank Checker service

Pengikut

Meteran

sing moco

Visit the Site
MARVEL and SPIDER-MAN: TM & 2007 Marvel Characters, Inc. Motion Picture © 2007 Columbia Pictures Industries, Inc. All Rights Reserved. 2007 Sony Pictures Digital Inc. All rights reserved. blogger templates

Welcome to Awalxander's Kingdom

Free Guestbook
My Guestbook

Awak Ndepor

Foto Saya
Awal Age Permadi
Lihat profil lengkapku