Rabu, 02 September 2009

“Sengketa Perebutan Tahta Pasca Pemerintahan Hayam Wuruk (Pembahasan Tentang Peristiwa Perang Paregreg)”





Sejarah kerajaan masa Hindu-Budha di derah jawa Timur dapat dibagi menjadi 3 periode. Periode pertama adalah raja-raja dari kerajaan Kediri yang memerintah sejak abad ke 10M hingga tahun 1222 M, periode kedua dilanjutkan oleh pemerintahan raja-raja dari masa keerajaan Singasari yang memerintah pada tahun 1222 M hingga tahun 1293 M, dan periode ketiga adalah masa pemerintahan raja-raja Majapahait yang berlangsung dari tahun 1293 M hingga awal abad ke 16 M.

Pada periode yang ketiga selama 16 tahun awal pada waktu itulah perjuangan Prabu kertarajasa Jayawardhana atau Raden Wijaya sebagai raja pendiri kerajaan Majapahit berlangsung dalam menyusun pemerintahannya.[1] Dalam kurun waktu antara kerajaan Majapahit yang terbentuk pada tahun 1293 dan runtuhnya kerajaan Singasari dengan terbunuhnya raja Kertanegara pada tahun 1292 memang banyak perubahan yang perubahan yang berlaku dalam masa perpindahan kekuasan dalam zaman peralihan yang sangan bergolak saat itu, tetapai selama kedua kerajaan menjalankan roda pemerintahan ada persamaan hubungan yang mengalair dari masa kerajaan Singasari ke kerajaan Majapahit, yaitu persamaan susunan masyarakat atau lapisan masyarakat dan susunan struktur Kerajaan masa kerajan Singasari banyak yang dilanjutkan dengan hampir tak ada perubahan dalam masyarakat masa kerajaan Majapahit, dan kemudian berdsarkan isi prassati Gunung Butak dan Jayanegra terbukti bahwa Prabu Kertarajasa dan Prabu Jayanegara menyatakan bahawa kerajaan Majapahit adalah kelanjutan dari kerajan Singasari yang menyebutkan bahwa keturunan dari raja-raja kerajan Majapahit adalah masih keturunan darai Dinasti Rajasa atau rajakula Ken Arok. Segala usaha untuk menyatakan, bahwa keturunan dan pertalian antara keturunan Ken Arok dan prabu Kertarajasa tidaklah terputus, melainkan tetap bersatu, walaupun kekuasaan politik yang terjadi telah terdapat tiga kali berpindah tangan dalam waktu 1292-1294, sehingga kerajaan Majapahit sendiri menyebutnya sebagai zaman bencana atau zaman Kedurmanggalaan.

Ketika jatuhnya kerajaan Singasari atas gugurnya raja Kertanegara,atas serangan dari kerajaan Kediri dibwah kekuasaan raja Jyakatwang, kemudian muncullah Usaha yang dilakuakan oleh prabu Kertarajasa untuk meneruskan kerajaan Singasari dengan menaklukan raja Jayakatwang dengan berbagai perjuangannya. Atas bantuan dari tentara Tar-tar dengan tipu muslihat dari prabu Kertarajasa berhasil meruntuhkan kekuasaan raja Jayakatwang,[2] kemudian atas usulan dari rekan-rekan perjuangannya prabu Kertarajasa mampu mengusir Terntara Tar-tar dari tanah Jawa, atas prestasi perjuangan prabu kertarajasa atas runtuhnya kekuasaan raja Jayakatwang dan mengusir tentara Tar-tar maka prabu Kertarajasa menobatkan dirinya menjadi raja kerajaan Majapahit, yang menurut kidung Harsa Wijaya penobatan itu terjadi pada tanggal 15 bulan karttika ( ri puneng karttikamasa pancadasi ) tahun 1215 Saka/ 1293 M. dengan nama gelar penobatanya adalah Sri Kertarajasa Jayawardhana.[3]

Pengikut-pengikut prabu Kertarajasa yang setia dan berjasa dalam perjuangan mendirikan kerajan Majapahitdiberikan kesempatan untuk menikmati hasil perjuanagannya dan diangkat menjadi pejabat tinggi dalam pemerintahan. Pengikut-pengikut prabu kertarajasa yang disebutkan dalam kitab Pararaton ada beberapa yang kita jumpai kembali di dalam prasasti-prasasati yaiatu Wiraraja sebagai mantri mahawiradikara, Pu Tambi (Namabi) sebagai rakyan Mapatih, dan Pu Sora sebagai rakyan apatih di Daha. Namabi yanga tealah memperoleh kedudukan yanga tinggi dalam hierarki kerajaan Majapahit, sedang Pu Sora menduduki tempat kedua. Sumbrt lain menyebutkan bahawa Wenag atau Rangga Lawe diangkat sebagai amanca negara di Tuban dan adhiparti di Datara. Dalam pembagaian kedudukan tersebut ternyata timbul ketidakpuasan diantara para pengikut-pengikut prabu Kertarajasa, diantaranya Rangga Lawe yang menyatakan rsa ketidakpuasan atas diangkatnya Pu Nmabi sebagai mahapatih bukan dirinya sendiri atau pamannya Pu Sora, yang menurutnya bahawa dirinya dan Pu Sora lebih berjasa memperjuangakan berdirinya kerajaan Mjapahit dibandingkan Jasa dari Nambi. Ketidakpuasan antara pengikut-pengikut prabu Kertarjasa ini kemudian menimbulkan konflik yang dilanjutkan dengan berbagai adanya pemberontakan yang terjadi di masa awal pemerintahan kerajaan Majapahit. Pemberontakan-pemberontakan yang terjadi diantaranya : pemberontakan Rangga Lawe, pemberontakan Lembu Sora, Juru Demung (1313), dan Gajah Biru (1314), serta pemberontakan Nambi (1316).

Sepeninggala prabu Kertarajasa pada tahun 1309, putranya Jayanegara dinobatkan menjadi raja. Di dalam salah satu prasastinya prabu Jayanegara disebutkan dengan nama gelar abhisekanya Sri Sundara pandya dewadiswaranamarajabhiseka wikramottunggadewa. Pada saat prabu Kertarajasa masaih memerintah, yakni pada atahun 1296 sebagai seorang putra mahakota Jayanegara telah berkedudukan pula sebagai Kumararaja.[4] Pada masa pemerintahan prabu Jayanegara berbagai konflik atau pemberontakan ternyata juga belum bsa diredakan berbagai konflik atau pemberontakan yang diberitakan oleh berbagai sumber menyatakan bahawa adanya seorang tokoh yang bergelar Mahapati yang mamapu mengahasut prabu Jayanegara untuk menyingkirkan pesaing-pesaingnya. Pemberontakan yang terjadi diantarannya : pemberontakan Semi (1318) dan pemberontakan Ra Kuti (1319). Semi dan kuti semdiri adalah dua orang dari tujih Dharmaputra di kerajaan Majapahit. Setelah terjadinya kedua pemberontakan tersubut baru prabu Jayanegara barulah sadar bahwa dirinya telah melakuakn kesalahan atas mempercayai dan akan hasautan Mahapati, yang kemudian Mahapati diatangakapa dan akhirnya dibunuh leh prabu Jayanegara.

Pada masa pemberntakan Ra Kuti munculllah seorang tkoh yang kemudian akan memegang peranan penting dalam sejarah pemerintahan kerajaan Majapahit, yaitu Gajah Mada. Pada waktu itu Gajah Mada berkedudukan sebagai seorang anggota pasukan pengawal raja (bekel bhayangkari). Berkat siasat Gajah Mada dalam peristiwa bedander, prabu jayanegara dapat diselamatakan dari rencananya pembunuhannya oleh Ra Kuti ketika prabu Jayanegara berkunjung ke Bedander. Sseabagi anugerah raja atas usahanya penyelamatkan prabu Jayanegara, kemudian Gajah Mada dinbatkan menjadi patih di kahuripan, dan kemudian dinaikkan jabatannya menjadi patih di Daha.[5]

Prabu jaya negara yang tidak dikaruniai putra, sepeninggalanaya pada tahun 1328 kemudian digantikan oleh adik perempunnnya, yaitu bhre Kahuripan dengan nama gelar abhisekanya tribuwana tunggadewi Jayawisnuwardhani. Dari kakawin Negarakertagama dapat diketahui bahwa dalam pemerintahan Tribuwanajuga telah terjadi pemberontakan yaitu adanya pembrrontakan di Sadeng dan pemberontakan di Keta pada tahun 1331, dalam pemberontakan tersebut oleh Gajah Mada pula dapat dipadamkan. Sesudah peristiwa Sadeng tersebut dalam kitab Pararaton disebutkan terdapat sebuah peristiwa yang kemudian amat terkenal dalam sejarah, yaiatu Amukti palapa atau sumpah palapa yaitu Gajah Mada bersumpah dihadapan raja dan para pembesar kerajaan Majapahit, bahwa Gajah Mada tidak akan Amukti Palapa sebelum Gajah Mada dapat menundukkan dan mempersatukan Nusantara, yaitu Gurun Seran, Tanjungpura, Haru, Pahang, Dompo, Bali, Sunda, Palembang, dan Tumasik.

Tribuwana memerintah selama duapuluh dua tahun, kemudian pada tahun 1350 ratu Tribuwana Tunggadewi mengundurkan diri dari pemerintahan da digantikan oleh putranya yaitu Hayam Wuruk yang bergelar Sri Rajasanegara. Dalam menjalankan pemerintahannya prabu Hayam wuruk didampingi oleh Gajah Mada yang menduduki jabatan sebagai Patih Amangkubhumi, yang sebenarnya jabatan ini telah diperolehnya pada masa pemerintahan Ratu Tribuwana Tunggadewi, yaitu setelah Gajah mada berhasil menumpas pemberontakan di sadeng. Masa pemerintahan prabu Hayam Wuruk adalah masa keemasan dari kerajaan Majapahit, namun setelah sepeninggal prabu Hayam Wuruk terdapat suatu peristiwa awal yang menjadikan kerajaan Majapahit mengalami masa kemundurannya, peristiwa tersebut yaitu adanya perang saudara antara penguasa kerajaan Majapahit pusat dengan penguasa daerah Timur dibawah kekuasaan Bhre Wirabhumi.[6]


[1] Marwati Djoned.P.Dkk sejarah Nasional Nusantara II ( Jakarta: PN Balai Pustaka,1992) hlm 128.

[2] Ibid,. hlm 132.

[3] Ibid,. hlm 139.

[4] Slamet Muljana,.Tafsir Sejarah NegarakretAgama. (Yogyakarta: LKIS, 1979) hal 137.

[5] Marwati Djoned.P.Dkk., Op Cit. hal 142..

[6] Slamet Muljana. Menuju Puncak Kemegahan (LKIS, 2005) hal.213

0 komentar:

At a Glance

Check Page Rank of any web site pages instantly:
  
This free page rank checking tool is powered by Page Rank Checker service

Pengikut

Meteran

sing moco

Visit the Site
MARVEL and SPIDER-MAN: TM & 2007 Marvel Characters, Inc. Motion Picture © 2007 Columbia Pictures Industries, Inc. All Rights Reserved. 2007 Sony Pictures Digital Inc. All rights reserved. blogger templates

Welcome to Awalxander's Kingdom

Free Guestbook
My Guestbook

Awak Ndepor

Foto Saya
Awal Age Permadi
Lihat profil lengkapku